Analisa Kadar Air dan Kadar Abu Kerang "buah" Donax sp


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.       Latar Belakang
Kerang merupakan hewan aquatik yang hidup pada substrat dasar perairan dan ada juga yang menempel pada substrat keras pada badan perairan. Kerang termasuk dalam kelas Pelecypoda dalam kelompok moluska berdasarkan karakteristik yang dimiliki seperti kaki, insang dan dua keping cangkang. Kerang laut terdistribusi dari daerah intertidal, perairan laut dangkal dan ada yang mendiami perairan laut dalam(Bachok et al. 2006). Kerang adalah salah satu jenis hewan laut dari kelas Bivalvia yang berpotensi dan memiliki nilai ekonomis untuk dikembangkan sebagai sumber protein dan mineral untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia. Kerang biasanya dijadikan makanan dan diproduksi dalam bentuk segar, hidup, kupas rebus dan sate.
Kerang-kerang-an merupakan salah satu sumber protein hewani utama dan keberadaannya sangat penting karena memberikan jumlah protein yang baik dengan nilai biologi tinggi (Latham, 1997). Protein kerang-kerangan dikategorikan sebagai complete protein, yaitu memiliki kadar asam amino esensial yang tinggi. Selain itu kerang-kerangan adalah makanan sumber vitamin larut lemak dan air serta sumber utama mineral yang dibutuhkan tubuh (Furkon, 2004).
Kerang-kerang-an diperkirakan sudah dikonsumsi manusia sejak 3500 tahun yang lalu. Sampai saat ini, konsumsi kerang terus meningkat, termasuk di Indonesia. Jenis kerang yang populer di Indonesia dan telah diteliti kandungan proksimat, mineral dan manfaatnya bagi kesehatan antara lain kerang darah (Anadara granosa) (Nurjanah et al. 2005), kerang bulu (Anadara inflata), kerang tahu (Meretri meretri) (Nurjanah et al. 1999), kerang hijau (Mytilus viridis) (Suaniti 2007), kerang pisau (Solen spp) (Nurjanah et al. 2008), kijing lokal (Pilsbryoconcha exilis) (Nurjanah et al. 2010), kijing taiwan (Anodonta woodiana Lea.) (Salamah et al. 2008), kerang mas ngur (Atactodea striata) (Waranmaselembun 2007; Mutaqin 2009), dan lokan (Batissa violacea) (Eka 2005). Kerang “buah” (Donax sp), Donax sp meerupakan jenis molluska (keluarga Donacidae) yang populasinya dapat ditemukan di pesisir pantai, Donax sp hidup dilingkungan rentang berbagai kedalam 20-22 meter serta hidup di dekat pantai antara 0-2 meter dibawah permukaan (Neuberger-Cywiak et al., 1989). Donax sp terakumulasi terdapatnya logam seperti Cd, Cu, Fe, Mn, dan Zn dan berguna sebagai Bioindikator. Kemampuan ini mungkin digunakan dalam mendeteksi dan mencegah kontaminasi air atau polusi (Romeo dan Gnassia-Barelli, 1988).
Dusun Sapola terletak di Desa Latea, Kecamatan Seram Utara Barat, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Umumnya masyarakat di dusun Sapola bermata pencarian adalah nelayan, selain ikan masyarakat didusun Sapola biasannya mengunsumsi kerang-kerangan sebagai sumber protein salah satunya adalah kerang  “buah”. Kerang “buah” biasanya diolah dengan cara direbus dan di tumis dengan bumbu-bumbu seperti bawang putih bawang merah dan caberawit. Kerang “buah” sudah dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dijadikan makanan sudah cukup lama namun kandungan gizinya belum diketahui sehingga penulis merasa perlu Prektek Ketrampilan Lapang dengan judul “Analisa Kadar Air dan Kadar Abu Kerang Buah(Donax sp) Segar”
1.2. Tujuan
Adapun Praktek Ketrampilan Lapang ini dilakukan untuk mengetahui kandungan kadar air dan kadar abu pada kerang “buah” Donax sp.
1.3. Manfaat
Manfaat dari Praktek Keterampilan Lapang adalah agar dapat menambah pengetahuan dan ketrampilan penulis, serta memberi informasi untuk akademisi dan masyarakat tentang kandungan kadar air dan kadar abu pada kerang “buah” Donax sp.









BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Deskripsi dan Klasifikasi Kerang Buah (Donax sp)
            Adapun ciri-ciri fisik kerang Donax sp yaitu mempunyai katup segitiga, sifon twin memanjang dari dua kerang berengsel yang membentuk kerang tersebut (sifon terlihat seperti snorkel). Kerang ini juga memiliki “ kaki “ (sebenarnya bagian bawah tubuhnya) yang meluas dalam rangka untuk menggali atau beristirahat di pasir yang lembut (Olaf, 1995). Klasifikasi Donax sp menurut Linnaeus (1758) dalam Larry (1996) adalah sebagai berikut:
Kingdom         : Animalia
Phylum            : Mollusca
Class                : Bivalvia
Ordo                : Veneroida
Family             : Donacidae
Genus              : Donax
Species            : Donax sp

Kerang Donax sp merupakan salah satu jenis kerang laut dari kelas bivalvia. Kerang donax ini ditemukan di pasir hampir setiap pantai tropis atau subtropis diseluruh dunia. Kerang ini memiliki warna cangkang yang menarik yaitu ada 6 yang warna putih, merah muda, ungu, kuning, dan orange. Memiliki rentang hidup singkat 1-2 tahun, panjangnya kurang dari 2,5 cm (1 inci), kerang ini sering terpapar oleh gelombang mundur pada laut berpasir (Larry, 1996). Kerang Donax bivalvia yang unik beradaptasi untuk hidup dan makan dari gelombang, kerang ini disebut juga dengan filter feeder, karena menelan fitoplanton, bakteri, dan partikel kecil lainnya di ombak. Donax bermigrasi dengan gelombang jatuh dan menuju kepantai dengan pasang naik dengan menggunakan metode gerak yang disebut swash naik (Olaf, 1995).

2.2. Bivalvia
Bivalvia adalah kelas dalam molluska yamg mencakup semua kerang-kerangan, memiliki sepasang cangkang (nama “Bivalvia” berarti dua cangkang). Nama lainnya adalah Lamelli branchia, Pelecypoda, atau Bivalvia (Razak, 2002). Bivalvia merupakan salah satu kelompok organisme invertebra seterusnya, yang banyak ditemukan dan hidup di daerah intertidal. Hewan ini memiliki adaptasi khusus yang memungkinkan dapat bertahan hidup pada daerah yang memperoleh tekanan fisik dan kimia seperti terjadi pada daerah intertidal. Organisme ini juga memiliki adaptasi untuk berpindah tempat terhadap arus dan gelombang. Namun Bivalvia tidak memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga menjadi organisme yang sangat mudah untuk ditangkap (dipanen). (Setyono, 2006).
Menurut (Putri, 2005). Bivalvia merupakan salah satu dari lima anggota dari fillum molluska yang memiliki nilai ekonomis, Bivalvia (Pelecypoda) terdiri dari clams, mussels, oyster dan scallops. Selanjutnya dari mereka merupakan komersial yang penting. Bivalvia mempunyai dua keping cangkang yang setangkup. Bivalvia menetap didasar laut, membenam di dalam pasir, lumpur maupuan menempel pada batu karang. Bivalvia meletakan diri pada pada substrat dengan menggunakan byssus  yang berupa benang-benang yang sangat kuat. Cangkang Bivalvia berfungsi untuk melindungi diri dari lingkungan dan predator serta sebagai tempat meletakanya otot. (Putri, 2005). Menurut (Oemarji & Wardhana, 1990) menyatakan  bahwa jenis Bivalvia umumnya terdapat pada habitat perairan litoral sampai bertahan pada kedalaman kurang lebih 500 meter. Bivalvia juga merupakan salah satu komponen utama di komunitas sedimen lunak dikawasan pesisir.
2.3. Komposisi Kimia
2.3.1. Air
            Air adalah senyawa yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui sampai saat ini di Bumi tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan Bumi. Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di Bumi. Struktur molekul air disusun oleh sebuah atom oksigen yang berikatan secara kovalen dengan 2 atom hidrogen. Atom O mempunyai muatan negatif dan atom H mempunyai muatan positif menjadikan air bersifat seperti magnet yang mempunyai dua kutub. Kondisi ini menyebabkan air dapat ditarik oleh senyawa lain baik yang bermuatan positif atau bermuatan negatif. Molekul air yang satu dengan yang lain dapat bergabung melalui ikatan hidrogen yang dapat terbentuk melalui tarik menarik antara kutub positif (atom H) molekul air yang satu dengan kutub negatif (atom O) molekul air lain. Satu molekul air dapat membentuk ikatan hidrogen dengan 4 molekul air lainnya. Sebagian besar air dalam bahan pangan berada dalam bentuk “terikat” dengan komponen bahan pangan lainnya.
Terdapat 3 tipe air dalam bahan pangan. Diantaranya adalah sebagai berikut:
·         Air monolayer (lapisan tunggal)
Air monolayer adalah air yang terikat dalam bahan pangan secara kimia (ikatan hidrogen) atau ikatan ionik dengan komponen bahan pangan (seperti karbohidrat, protein yang mempunyai gugus O). Air tipe ini sulit dihilangkan pada proses pengeringan (sulit melepaskan ikatan) dan dibekukan.
·         Air multilayer (lapisan banyak)
Air multilayer adalah air yang terikat pada molekul air monolayer. Air tipe ini lebih mudah dihilangkan dengan penguapan atau pengeringan dibandingkan air monolayer.
·         Air bebas
Air bebas adalah air yang terikat secara fisik dalam matrik komponen bahan pangan. Air tipe ini sangat mudah dikeluarkan dengan proses pengeringan. Adanya air bebas pada bahan pangan memunculkan istilah aw (aktivitas air) yaitu jumlah air bebas yang dapat memfasilitasi pertumbuhan mikroba dan reaksi-reaksi kimia yang mengakibatkan penurunan mutu bahan pangan.
Air merupakan salah satu unsur penting dalam bahan pangan, meskipun bukan sumber nutrient namun keberadaannya sangat esensial dalam kelangsungan proses biokimiawi organisme hidup.  Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak, sehingga akan tejadi perubahan pada bahan pangan (Winarno, 1997).
Penentuan kadar air sangat penting dalam banyak masalah industi, misalnya dalam evaluasi materials balance atau kehilangan selama pengolahan. Kita harus tahu kandungan air (dan kadang juga distribusi air) untuk pengolahan optimum, misalnya dalam penggilingan serealia, pencampuran adonan sampai konsistensi tertentu, dan produksi roti dengan daya awet dan tekstur tinggi. Kadar air harus diketahui dalam penentuan nilai gizi pangan, untuk memenuhi standar komposisi dan peraturan-peraturan pangan. Kepentingan yang lain adalah bahwa kadar diperlukan untuk penentuan mengetaui pengolahan terhadap komposisi kimia yang sering dinyatakan pada dasar dry matt. Penentuan kadar air yang cepat dan akurat bervariasi tergantung struktur dan komposisinya.
2.3.2. Abu
Abu adalah zat anorganik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan organik (Sudarmadji 2003). Kandungan abu dan komposisinya tergantung pada jenis bahan dan cara pengabuannya. Bahan pangan yang terdapat di alam mengandung mineral yang  berupa abu. Mineral yang terdapat dalam satu  bahan dapat merupakan dua macam garam yaitu garam organik dan garam anorganik. Garam organik terdiri dari garam-garam asam malat, oksalat, asetat, dan pektat, sedangkan garam anorganik antara lain dalam bentuk garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat, dan nitrat. Mineral juga biasanya berbentuk sebagai senyawa kompleks yang bersifat organis (Sediaoetomo 2000). Kadar abu total adalah bagian dari analisis proksimat yang bertujuan untuk mengevalusi nilai gizi suatu produk/bahan pangan terutama total mineral. Kadar abu dari suatu bahan menunjukkan total mineral yang terkandung dalam bahan tersebut (Aprilianto, 1988). Mineral itu sendiri terbagi menjadi 4, yaitu:
1. Garam organik: garam-garam asam malat, oksalat, asetat, pektat
2. Garam anorganik: garam fosfat, karbonat, klorida, sulfat, nitrat
3. Senyawa komplek: klorofil-Mg, pektin-Ca, mioglobin-Fe, dll
4. Kandungan abu dan komposisinya tergantung macam bahan dan cara pengabuannya.
Penentuan kandungan mineral dalam bahan pangan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan penentuan abu total dan penentuan individu komponen mineral (makro &trace mineral) menggunakan titrimetrik, spektrofotometer, AAS (atomic absorption spectrofotometer). (Aprilianto, 1988). Pengabuan merupakan tahapan persiapan contoh yang harus dilakukan dalam anailisis elemen-elemen mineral (individu). Metode pengabuan terdiri dari dua cara yaitu pengabuan basah dan pengabuan kering. Kadar abu dalam bahan pangan sangat mempengarui sifat dari bahan pangan. Kadar abu merupakan ukuran dari jumlah total mineral yang terdapat dalam bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan organik dan air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur juga dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat pada suatu unsur bahan pangan. Kadar abu tersebut dapat menunjukan total mineral dalam suatu pangan bahan pangan. Bahan-bahan organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak, karena itulah disebut kadar abu. Penentuan kadar abu total dapat digunakn untuk berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan baik ataun tidaknya suatu pengolahan, menetahui jenis bahan yang digunakan, dan sebagai penentuan nilai gizi suatu bahan makanan (Astuti, 2001).
·         Pengabuan Kering
Pengabuan ini menggunakan panas tinggi dan adanya oksigen. Biasanya digunakan dalam analisis kadar abu . Metode pengabuan cara kering banyak dilakuakan untuk analisis kadar abu. Caranya adalah dengan mendestruksi komponen organik contoh dengan suhu tinggi di dalam suatu tanur (furnace) pengabuan, tanpa terjadi nyala api sampai terbentuk abu berwarna putih keabuan dan berat tetap (konstan) tercapai. Oksigen yang terdapat di dalam udara bertindak sebagai oksidator.Oksidasi komponen organik dilakukan pada suhu tinggi 500C-6000C. Residu yang tertinggal ditimbang dan merupakan total abu dari suatu contoh. (Fauzi,  2006) Sampel yang digunakan pada metode pengabuan kering ditempatkan dalam suatu cawan pengabuan yang dipilih berdasarkan sifat bahan yang akan dianalisis serta jenis analisis lanjutan yang akan dilakukan terhadap abu. Jenis-jenis bahan yang digunakan untuk pembuatan cawan  antara lain adalah kuarsa, vycor, porselen, besi, nikel, platina, dan campuran emas-platina. Cawan porselen paling umum digunakan untuk pengabuan karena beratnya relatif konstan setelah pemanasan berulang-ulang dan harganya yang murah.Meskipun demikian cawan porselen mudah retakk, bahkan pecah jika dipanaskan pada suhu tinggi dengan tiba-tiba.
Sebelum diabukan, sampel-sampel basah dan cairan biasanya dikeringkan lebih dahulu di dalam oven pengering. Pengeringan ini dapat pula dilakukan menentukan kadar air sampel. Pra-pengabuan dilakukan di atas api terbuka, terutama untuk sampel-sampel yang seluruh sampel mengering dan tidak mengasap lagi. Setelah perlakuan ini, baru sampel dimasukkan ke dalam tanur (furnace)Apabila pengabuan yang berkepanjangan tidak dapat menghasilkan abu bebas karbon (carbon free ash), residu harus dibasahi lagi dengan air, dikeringkan dan kemudian diabukan sampai didapat abu berwarna putih ini, residu dapat pula diperlakukan  dengan hidrogen peroksida, asam  nitrat dan atau asam sulfat, tetapi perlu diingat bahwa perlakukan ini akan mengubah bentuk mineral yang ada di dalam abu.(Fauzi, 2006) Jika diperlukan, dapat pula residu yang belum bebas karbon dilarutkan dalam sejumlah kecil air dan kemudian disaring dengan kertas saring berkadar abu rendah. Kedua bagian ini kemudian diabukan kembali secara terpisah.
·         Pengabuan Basah
Pengabuan ini menggunakan oksidator-oksidator kuat (asam kuat).Biasanya digunakan untuk penentuan individu komponen mineral. Pengabuan merupakan tahapan persiapan contoh.Pengabuan cara basah ini dilakukan dengan mendestruksi komponen-komponen organik (C, H, dan O) bahan dengan oksidator seperti asam kuat. Pengabuan cara ini dilakukan untuk menentukan elemen-elemen mineral. Cara ini lebih baik dari cara kering karena pengabuan cara kering lama dan terjadi kehilangan mineral karena suhu tinggi. (Fauzi, 2006). Prinsip pengabuan cara basah adalah memberi reagen kimia (asam kuat) pada bahan sebelum pengabuan. Bahan tersebut dapat berupa:
a. Asam sulfat yang berfungsi sebagai bahan pengoksidasi kuat yang dapat mempercepat reaksi oksidasi.
b. Campuran asam sulfat & potasium sulfat. K2SO4 menaikkan titik didih H2SO4 menyebabkan suhu pengabuan tinggi sehingga pengabuan berlangsung cepat.
c. Campuran asam sulfat & asam nitrat .Campuran ini banyak digunakan selain itu capuran ini merupakan oksidator kuat. Memiliki suhu difesti dibawah 3500C.
d. Campuran asam perklorat & asam nitrat untuk bahan yang sulit mengalami oksidasi campuran ini baik untuk digunakan karena pengabuan sangat cepat ± 10 menit. Perklorat bersifat mudah meledak. (Sudarmadji , 2003)
















BAB III
METODE

3.1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam Praktek Keterampilan Lapang adalah Kerang “Buah” (Donax sp) yang didapat dari dusun Sapola, Desa Latea, Kabupaten Maluku Tengah.
3.2. Alat
            Peralatan yang digunakan dalam Praktek Keterampilan Lapang adalah sebagai berikut: timbangan analitik, cawan plate, penjepit cawan, water bath, desikator, oven  dan tanur
3.3. Metode
            Metode yang digunakan dalam Praktek Keterampilan Lapang ini adalah menggunakan metode eksploratif, yaitu suatu metode yang dilakukan untuk mengungkapkan keterangan dari suatu fakta tertentu secara terperinci dan sistematis dan data dikumpulkan melalui uji laboraturium.



            Pengambilan sampel dilakukan di Dusun Sapola, Kecamatan Seram Utara Barat, Kabupaten Maluku Tengah, kemudian kerang buah dicuci dengan air bersih. Selanjutnya preparasi untuk dilakukan pemisahan daging kerang dari cangkangnya menggunakan pisau dan juga jeroannya, daging yang terlah di bersihkan langsung ditiriskan dan dirajang. Selanjutnya dilakukan analisa kadar air dan kadar abu di Laboraturium Teknologi Hasil Perikanan, Universitas Pattimura Ambon. Untuk lebih jelas prosedur kerja dapat dilihat pada gambar 2 dibawah ini:

Kerang Buah (Donax sp)
Preparasi Kerang Buah
 
                                                                                                                             
Jeroan
Daging
Cangkang
                                                                                                                             

Analisa
Dirajang
 



                                                                                                                        
Kadar Abu
Kadar Air
                                                                                                                                  
                                                                                                                                                                               Gambar 2. Prosedur Kerja
3.5. Prosedur Analisa
3.5.1. Kadar Air (AOAC, 1990)
            Terdapat bermacam-macam metode penentuan kadar air dalam bahan pangan, dan yang paling sederhana dan umum dipakai adalah metode pengeringan dalam oven. Menurut metode ini, sampel di panaskan dalam suhu yang tidak banyak melebihi suhu mendidih (100-1050C) sampel diperbolehkan berat yang konstan. Pada suhu ini semua air bebas (yang tidak terikat dengan zat lain) dapat dengan mudah diuapkan, tetapi tidak demikian halnya air yang terikat. Kadar air dapat di hitung dengan sederhana dengan berat sampel berdasarkan kehilangan berat setelah pemanasan. Kehilangan barat bagi dengan berat sampel mula-mula adalah persentase jadar air.
·         Prosedur Analisa
            Cawan porselen yang bersih dipanaskan dalam oven selama 30 menit, kemudian cawan porselen dikeluarkan dari oven dan didinginkan dalam desiktor. Timbang dan hitung cawan porslen yang telah di dinginkan, kemudian sebanyak 1-2 gram sampel ditimbang dan masukan sampel yang telah di dinginkan ke dalam cawan porselen. Selanjutnya keringkan sampel dalam oven dengan suhu 105-1100C sampai berat konstan selama 3-5 jam tegantung bahan yang digunakan. Sampel di keluarkan dan di dinginkan  dalam desikator dalam waktu 15 menit dan timbang sampel. Setelah di peroleh hasil penimbangan pertama, lalu cawan tersebut dikeringkan kembali dalam waktu 30 menit. Selanjutnya dinginkan cawan dalam desikator selama 15 menit, setelah itu cawan yang berisih sampel tersebut di keringkan lagi. Perlakuan ini diulang sampai terapai berat sampel konstan. Kemudian cawan dan sampel kering di timbang.
·         Perhitungan
Keterangan:           A: Berat sampel(g)
B: Berat cawan
C: Berat cawan dan sampel konstan(g)

3.5.2. Kadar Abu (AOAC, 1990)
            Metode pemijaran dapat dilakukan dengan nyala api Bunsen atau dengan tungku pengabuan listrik. Kadar abusama seperti pada penetapan kadar air yaitu berdasarkan kehilagan berat setelah pemijaran.
·         Prosedur Analisa
Cawan abu porselen yang sudah di bersihkan terlebih dahulu di panaskan  dalam oven dengan suhu 1050C selama 1 jam kemudian di dinginkan dalam desikator selama 15 menit dan timbang berat cawan kosong abu (A). Selanjutnya sampel sebanyak  1-2 gram  dimasukan didalam cawan abu dan timbang (B). Selanjutnya abukan dalam tungku pengabuan sampai suhu sekitar 6000C  dan biarkan selama 3 jam. Setelah pengabuan cawan di dinginkan dalam desikator selama 15 menit. Setelah di dinginkan cawan berisih abu di timbang (C).
·         Perhitungan
Keterangan:           A: Cawan kosong
B: Cawan dan sampel
C: Cawan dan abu
3.6. Waktu dan Tempat
      Praktek Keterampilan Lapang (PKL) ini berlangsung pada bulan April 2018 sampai selesai di Laboraturium Teknologi Hasil Perikanan. Jurusan Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Pattimura Ambon.






BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Lokasi Pengambilan Sampel
Lokasi pengambilan sampel terdapat di Dusun Sapola, Desa Latea, Kecamatan Seram Utara Barat, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Masyarakat di dusun Sapola sebagian besar pekerjaannya adalah petani dan nelayan, masyarakat yang bekerja sebagai nelayan biasa melakukan aktifitasnya seperti memancing, memanah dan menangkap ikan dengan menggunakan jaring. Masyarakat di dusun Sapola juga mencari kerang sebagai sumber makanan pengganti ikan. Jenis kerang yang dikonsumsi oleh masyarakat adalah  kerang “buah”. Kerang “buah” (Donax sp) adalah salah satu makanan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat di dusun Sopola. Masyarakat dusun Sapola biasanya mengambil kerang “buah” dengan cara menggali menggunakan tangan maupun kaki. Kerang “buah” kemudian dimasak dengan cara yang sederhana, sebelumnya kerang “buah” direbus kemudian ditumis dengan penambahan bawah putih, bawang merah dan caberawit. Kerang “buah” yang dibutuhkan untuk analisa diambil pada waktu pagi pukul 07:30, setelah pengambilan sampel kerang “buah” sampel tersebut di kemas dalam coolbox berisi air laut dan juga aerator untuk dibawah ke lokasi analisa. Penggunaan aerator dikarenanan sampel kerang “buah” dalam keadaan hidup dan jarak lokasi sampel dan lokasi analisa sangat jauh memerlukan waktu 12 jam untuk sampai ke lokasi analisa.
4.3. Kadar Air
Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam persen. Kadar air juga salah satu karakteristik yang sangat penting pada bahan pangan, karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, dan cita rasa pada bahan pangan. Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang, dan khamir untuk berkembang biak, sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan (Winarno, 1997). Penentuan kadar air sangat penting dalam banyak masalah industri, misalnya dalam evaluasi materials balance atau kehilangan selama pengolahan. Kadar air harus diketahui dalam penentuan nilai gizi pangan, untuk memenuhi standar komposisi dan peraturan-peraturan pangan. Kepentingan yang lain adalah bahwa kadar air diperlukan untuk penentuan mengetahui pengolahan terhadap komposisi kimia yang sering dinyatakan pada dasar dry matt. Penentuan kadar air yang cepat dan akurat bervariasi tergantung struktur dan komposisinya.
Hasil Praktek ketrampilan lapang nilai kadar air menunjukan bahwa daging kerang Donax sp mengandung air sebesar 77.45%,  sesuai dengan Martin et al. (1991) yang menyatakan bahwa kadar air dalam tubuh hewan laut berkisar antara 50 % - 90 %. Sedangkan menurut Sikorski (1990), kadar air dalam tubuh ikan dan hewan moluska laut berkisar antara 50 % - 85 %  tergantung dari jenis spesies dan kondisi nutrisi dalam tubuhnya. Nilai tersebut lebih rendah apabila dibandingkan dengan kadar air kerang secara umum menurut Poedjiadi (1994) yaitu sebesar 85%. Bila di bandingkan dengan kerang darah menurut Nurjanah et.al nilai  kadar air kerang darah sebesar 74.37%. Berdasarkan hasil tersebut nilai air yang terdapat pada Kerang Donax sp memiliki nilai yang sesuai dengan standart dengan hewan laut lainnya.
4.4. Kadar Abu
            Kadar abu merupakan komponen campuran dari komponen anorganik atau mineral yang terdapat pada suatu bahan pangan. Bahan pangan terdiri dari 96% bahan dan air, sedangkan sisanya merupakan unsur-unsur mineral. Unsur juga dikenal sebagai zat organik atau kadar abu. Kadar abu tersebut dapat menunjukan total mineral dalam suatu bahan pangan. Bahan-bahan organik dalam proses pembakaran akan terbakar tetapi komponen anorganiknya tidak, karena itulah disebut sebagai kadar abu. Penentuan kadar abu total dapat digunakan untuk berbagai tujuan, antara lain untuk menentukan baik atau tidaknya suatu pengolahan, mengetahui jenis bahan yang digunakan, dan sebagai penentu parameter nilai gizi suatu bahan makanan (Astuti, 2011).
Hasil praktek ketrampilan lapang nilai kadar abu menunjukan bahwa daging kerang Donax sp mengandung abu sebesar 1.83%, namun Sikorski (1990) menyatakan bahwa ikan maupun hewan invertebrata laut memiliki kadar abu  sekitar 0,6 – 1,5 %. Nilai tersebut lebih rendah apabila dibandingkan dengan kadar abu kerang secara umum menurut Poedjiadi (1994) yaitu sebesar 2,3%. Bila di bandingkan dengan kerang darah menurut Nurjanah et.al nilai kadar abu kerang darah sebesar 2.24%. Perbedaan kadar abu pada kerang Donax sp diduga karena sampel kerang memiliki kemampuannya dalam menyimpan mineral-mineral yang berasal dari sekitarnya.









BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil yang telah diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa kandungan kadar Air Kerang “buah” Donax sp segar adalah 77.45% dan kadar Abu adalah 1.83%.
5.2. Saran
            Dari hasil PKL yang telah di peroleh disarankan untuk melanjutkan analisa kandungan kimia lainnya kerang “buah” Donax sp.

0 Response to "Analisa Kadar Air dan Kadar Abu Kerang "buah" Donax sp"

Post a Comment

Analisa Kadar Air dan Kadar Abu Kerang "buah" Donax sp

BAB I PENDAHULUAN 1.1.        Latar Belakang Kerang merupakan hewan aquatik yang hidup pada substrat dasar perairan dan ada j...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel