TEKNOLOGI REFRIGERASI PENGOLAHAN PRODUK CUMI BEKU


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadiran Tuhan yang Maha Esa atas rehmat-Nya sehinggga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah  yang berjudul “ Pengolahan Produk CUMI Beku” ini kami susun atas permintaan tugas dari dosen mata kuliah REFRIGERASI. Kami telah  menyusunnya dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari  sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karna itu kami dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca  agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoogah makalah REFRIGERASI tentang Pengolahan Produk CUMI Beku ini, dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca dan dapat memenuhi permintaan tugas dari dosen yang bersangkutan.



DAFTAR ISI

Kata pengantar......................................................................................................................... i
Daftar isi................................................................................................................................. ii
Bab I PENDAHULUAN
    A. Latar belakang................................................................................................................. 1
    B. Maksud............................................................................................................................ 2
    C. Tujuan............................................................................................................................. 3
    D. Manfaat........................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
    A. Cumi............................................................................................................................... 1
    B. aspek mutu cumi............................................................................................................. 2
    C. Penanganan Cumi di kapal.............................................................................................. 3
    D. Pembekuan..................................................................................................................... 4
    E. Distribusi......................................................................................................................... 5
BAB III PENUTUP
    A. Kesimpulan.................................................................................................................... 1
    B. saran............................................................................................................................... 2




BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cumi-cumi merupakan salah satu produk laut yang banyak terdapat di  perairan laut Indonesia. Sebagian besar cumi dioalh menjadi produk bahan  pangan protein tinggi. Cumi-cumi bersifat mudah rusak dan mengalami  penurunan mutu sehingga perlu dilakukan pengolahan yang tepat supaya tidak merusak cita rasanya. Jenis produk olahan cumi-cumi sebagai konsumsi lokal masih terbatas antara lain cumi-cumi kertas, cumi-cumi kering asin , cumi-cumi asap dan cumi-cumi kaleng. Cumi-cumi memiliki daging putih yang merupakan salah satu keunggulan tersendiri dan disukai oleh masyarakat. Cumi-cumi merupakan salah satu jenis chepalopoda yang di kenal dalam dunia perdagangan ikan disamping gurita dan sotong. Pada bidang perikanan komersial, cumi-cumi adalah salah satu komoditas perikanan yang cukup penting dan menempati urutan ketiga setelah ikan dan udang ( Okuzumi dan Fuji,2000 dalam Hulalata et al, 2013 ).
Cumi-cumi (Loligo spp) masuk dalam kelas Cepalophoda, famili Loligonidae. Hewan ini mempunyai kepala yang besar dan bermata sangat tajam. Pada kepala terdapat lengan-lengan berjumlah delapan dan dua tentakel yang berguna untuk pergerakan, mencari mangsa,dan proses reproduksi. Mata cephalophoda dapat melihat dan berfungsi seperti vertebrata. Cangkang Loligo spp kecil berupa lempengan yang melekat pada mantel. Fungsinya di segi ekologi sangat signifikan dalam keseimbangan alam. Dari segi ekonomi, cumi-cumi sebagai produk hasil tangkap mempunyai kontribusi cukup tinggi. Cumi-cumi sebagai bahan pangan dengan protein tinggi,dan sebagai umpan pada jaring ikan.
Cumi bersifat mudah rusak dan cepat mengalami penurunan mutu, maka dari itu cumi harus ditangani dengan baik dan tepat agar mutu dan kesegaran dari cumi tetap terjaga. Salah satu cara untuk mempertahankan mutu dari cumi adalah dengan pembekuan. Pembekuan merupakan metode yang digunakan untuk mengontrol kadar air yang terkandung dalam tubuh cumi sehingga dapat terjaga kualitasnya.
Konsumsi makanan yang berasal dari laut seperti cumi-cumi semakin meningkat, setelah adanya kesadaran akan pentingnya bahan makanan tersebut sebagai sumber nutrisi tubuh. Protein, lemak dan komponen lain yang berasal dari makanan hasil laut memiliki keistimewaan tersendiri. Pada cumi-cumi selain dagingnya mudah dicerna, juga memiliki kandungan asam amino
essensial yang tinggi seta mineral seperti fosfor dan kalsium yang sangat  berguna untuk pertumbuhan dan pembangunan tulang yang juga tinggi. Pada  pasar ekspor bisanya cumi-cumi diperdagangkan dalam bentuk beku, asin kering dan kalengan. Sedangkan di Indonesia cumi-cumi masih diperdagankan dalam bentuk segar dan asin kering ( Meirina,2008 ).

   B. MAKSUD
Mengetahui dan memahami proses pengolahan produk Cumi beku dalam suatu bidang perusahan atau dalam perikanan.

  C. TUJUAN
- menjelaskan apa yang dimaksud dengan produk Cumi beku
- menjelaskan proses pengolahan cumi beku
- menjelaskan bagaimana proses distribusi Cumi beku

  D. MANFAAT
Agar dapat mengetahui bagaimana proses produk Cumi beku dan mengetahui proses distribusi Cumi beku




BAB II
PEMBAHASAN


  A. CUMI
Dalam usaha perikanan, dikenal adanya produk nonikan. Satu diantara produk nonikan yang penting adalah hewan-hewan Chephalopoda. Nama Chephalopoda berasal dari bahasa Yunani(Greek). Asal katanya adalah kata cephal yang berarti “kepala” danpous(=podos) yang berarti “kaki”. Jadi,Chephalopoda adalah hewan yang berkaki dikepala.
Klasifikasi Cumi-Cumi (Loligo sp.)Menurut Niakhulwa (2012), cumi-cumi dapat diklasifikasikan menjadi :
Domain            :Eukarya
Kingdom          :Animalia
Filum                :Mollusca
Kelas                :Cephalopoda
Ordo                 :Teuthida
Subordo           :Myopsina
Famili               :Loliginidae
Genus               :Loligo
Spesies            :Loligosp.

Secara umum,chephalopodaterbagi atas 4 golongan besar, yaitu sotong (Cuttlefish), cumi-cumi (Squid), gurita (octopus), dan suen chiu (argonauta).
Kelompok squid terbagi atas squid pantai (Myopsida) dan squid samudra (Oegopsidae) yg berimigrasi semusim ke perairan pantai. Famili squid pantai  Loliginidae mendiami teluk dan lagun, antaran lain Loligo vulgaris, L.forbessi, L.opalescens dan L.edulis(di asia tenggara). Jenis Loligo lebih disukai di spanyol dan itali karena dagingnya tidak seliat Todarodes, allex. Jenis squid samudra adalah  adalah Todarodes sagittatus (Atlantik utara), T.pacificus dan Ommastresphes bartrami, panjangnya mencapai 50 cm. jenis cuttlefish adalah Sepia  offinalis dan S.esculenta. jenis Octopidae bernama Octopus vulgaris, panjangnya mencapai 130 cm, beratnya 3 kg, bisa 10 kg.
Cumi-cumi atau saisuwak mempunyai tubuh relatif lebih panjang, langsing dan bagian belakang meruncing(rhomboidal). Cangkang terletak didalam rongga mantel, berwarna putih transparan, berbentuk pena atau bulu, dan terbuat dari kitin. Mantel berwarna putih dengan bintik-bintik ungu hingga kehitaman dan diselubungi selaput tipis berlendir. Pada sebuah sisi bagian dorsal mantel terdapat sirip lateral berbentuk segitiga. Kepalanya besar dengan 8 lengan dan 2 tentakel panjang. Permukaan lengan bagian dalam dilengkapi batil isap, sedangkan pada tentakel batil isap hanya terdapat di ujung-ujungnya. Ujung pasangan lengan IV pada cumi-cumi(Loligo sp.) jantan berubah menjadihectocotylus. (M. Gufran& Kordi, 2010)
Cumi-cumi sering juga disebut panah laut karena keunikan cara hewan ini saat lepas menembus air. Cumi-cumimemiliki 10 buah tentakel, yaitu 2 buah tentakel panjang dan 8 buah tentakel dengan alat isap. Alat isap pada tentakeldigunakan untuk menangkap dan memegang mangsa. Matanya tidak memiliki kelopak mata. Cumi-cumi menghisap air melalui rongga mantel. Selanjutnya, air akan dikeluarkan melaluisuatu pembuluh lentur yang disebut sifon. Pancaran air yang keluar melalui sifon berguna untuk mendorong hewan itu bergerak kearah belakang secara cepat. Pengeluaran tinta dari kantong tinta juga melalui sifon tersebut. Cumi-cumi memiliki dua buah sirip yang merupakan perluasan dari mantel. Sirip tersebut digunakan sebagai alat kemudi yang juga dapat mendorong cumi-cumi secara perlahan ke arah depan atau ke arah belakang. Cumi-cumi memiliki rangka dalam dari bahan kitin. Jenis cumi-cumi yang biasa dikenal antara lain adalah cumi-cumi biasa (Loligo pealei), cumi-cumi terbang (Ommastrephes bartrami) dan cumi-cumi raksasa (Architeuthis imperator). (Wijaya Jati, 2007)




  B. ASPEK MUTU CUMI
Faktor mutu utama adalah tingkat kesegaran produk, tekstur daging, kesempurnaan kebersian, dan warna asli cumi. Stuktur tabung cumi terdiri atas beberapa lapis jaringan yang berlainan sifat fisik dan kimiawinya. Setiap lapis berbeda responsinya terhadap perlakuan dingin atau panas, terhadap suhu dan waktu perlakuan.
Kelarutan protein fibrilar daging cumi agak tingkat tinggi sehingga kalau cumi berkontak dengan air (ketika pencucian, pendinginan dalam air, pelelehan, dll) ia mudah kehilangan nilai gizi dan citarasanya karena sejumlah besar protein merembes ke luar.
Zat warna cumi(kromotofor) terdapat dalam kulit, ia mewadahi bahan warna atau pigmen. Mulai tahap rigor mortis, beberapa jam setelah cumi mati, warna kulitnya berubah mengalami diskolorasi, dari kegelapan menjadi agak terang, putih. Proses diskolorasimenjadi salah satu perhatian dari aspek mutu. Deskolorasi hitam selama penyimpan beku atau selama pelelehan disebabkan pengaliran ke luar pigmen dari kromatofor yang pecah. Diskolorasi merah menjadi kalau pigmen yang bebas berkontak dengan ammonia yang berasal dari penguraian protein.
Factor citarasa cumi ( seperti hasil ikan lainnya) diperankan oleh asam amino gycine, alamine, proline, valine, methiomine, betaim, asam suksinat dan asam glutamate (Kresnzon, R. 1984).
Factor lain yang merupakan aspek mutu adalah warna dari produk. Ada pembeli yang menghargai warna asli dari cumi. Dengan demikian warna asli sesuai jenis cumi haruslah dipertahankan pada produk cumi yang diolah dan dihasikan.
Trimethylamine oxide(TMAO),senyawa pengatur osmosis pada jenis ikan laut, pada cumi segar yang baru ditangkap kadarnya agak tinggi. TMAO diubah menjadi trimethylamine(TMA) melalui pembusukan secara bakteri. Pembentukan TMA karena pertumbuhan bakteri pada fase logaritmik digunakan sebagai petunjuk dari kesegaran pada tahap lanjut pembusukan. Setelah cumi itu disimpan selama 24 jam pada 10C tidak dapat dideteksi adanya kenaikan kadar TMA.
Pada cumi yang dies dan didinginkan dalam air laut (ALDI) tidak terjadi peningkatan pembentukan hipoxantin (nucleotide yang kaya energi) dengan demikian hipoxantin tidak cocok dijadikan petunjuk akan derajat kesegaran cumi.
Kalau kandungan glikogen pada cumi rendah, maka selama penyimpanan beberapa hari dalam es atau air laut yang didinginkan, cumi tidak akan mengalami penurunan pH.


 C. PENANGANAN CUMI DI KAPAL
Metode penangkapan utama adalah mengunakan pukat, jig dan jaring insang mutu kesegaran tertinggi diperoleh kalau memakai mesin jig. Cara pemukatan menimbulkan kerusakan fisik pada cumi; caa jaringan insang merusak tubuh. Teknik penangkapan cumi agak berbeda disetip lokasi. Di lereng benua ditangkap dengan mesin jig sedangkan perairan dangkal  dapat mengunakan jig tangan atau mesin caranya dengan mengantungkan lampu lampu agaak ke bagian daalam di atas kapal yang akan menimbulkan bayangan di samping dinding kapal yang akan membentuk berkas cahaya yang menyerupai sayap kupu kupu sekitar kapal. Cumi akan mengumpul di bahwa bayangan lalu bergerak masuk ke dalam alat jig, digunakan ke geladak . akhirnya dimasukan ke dalam saluran penaganan ini berisi aliran air laut di geladak untu di mulai ditangani atau di olah
Penanganan harus hati-hati dan segera di awet dengan cara pendinginan dan pembekuan . warna segar asli dari kulit sangat di perhatikan pada beberapa pasar. Cumi jaringan berkontak lansung dengan udara panas dan permukaan kotor. Agar rupa daging dan balok cumi beku cemerlang, kantong tinta jangan pecah .suhu penyimpanan harus serendah mungkin
Disamping cara pengesan biasa atas permintaan , hasil tangkapan di awet pula tanpa kontak lansung dengan es, dibatasi lembaran plastic upaya untuk mencegah diskolorasi kulit dan hilangnya cita rasa karena efek pembersihan air es yang meleleh
Seterusnya cumi disusun dalam pan logam persegi panjang ,disusun berbasis melintang di atas pan; dua baris yang berukuran besar dan tiga baris yang berukuran kecil; tentakel di lipat disisi pan. Berat bersih ditentukan sama dalam setiap pan
Pembekuan dilakukan dalam pembeku pelat kontak ,pada -40c .kalau terpaksa menanti kesempatan di bekukan ,pan pan iyu di humpun sementara pada ruangan suhu rendah sekitar 10c. selesai pembekuan, balok cumi itu di lepaskan dari pan dengan cara menyemprotkat sebentar sengan air. Lalu balok beku itu digelasi yakni di beri pelindung film es dengan cara mencilupkanya dengan air segar dingin.akhirnya balok cumi itu di pak karton , lalu disimpan di gudang beku. Pada -20c mutu simpan hanya mencapai 2 bulan tetapi pada -30c  mencapai 9 bulan  .Didaratbalok cumi beku ini digunakan  sebagai bahan mentah untuk diolah selanjutnya.


  D. PEMBEKUAN
Pada prinsipnya, pembekuan adalah suatu usaha untuk mengurangi kadar air produk bahan pangan sampai serendah mungkin. Pada umumnya, produk perikanan memiliki kandungan air sekitar 70-80% sehingga sangat cocok bagi kehidupan dan perkembangan berbagai mikroorganisme yang dapat merusak dan menurunkan mutu produk perikanan tersebut. Pengawetan dilakukan agar terjadi keseimbangan antara tekanan uap air dalam larutan dan tekanan uap air murni pada suhu yang sama. Keadaan yang demikian biasanya disebut juga dengan Aw (Activity of water). Beberapa ahli mengemukakan bahwa Aw merupakan kelembaban relatif (%RH) dimana bahan makanan tidak akan kehilangan air lagi. (Kanna, 2005)
Seperti halnya proses pendinginan, proses pembekuan juga bertujuan mengawetkan sifat-sifat alami ikan dengan cara menghambat aktivitas bakteri maupun aktivitas enzim. Selama proses pembekuan berlangsung, terjadi pemindahan panas dari tubuh ikan yang bersuhu lebih tinggi kerefrigerantyang bersuhu rendah. Dengan demikian kandungan air didalam tubuh ikan akan berubah bentuk menjadi kristal es. Kandungan air ini terdapat didalam sel jaringan dan ruang antar sel. (Afrianto dkk, 2011 )Berdasarkan urutannya, proses pembekuan ikan akan dimulai dari bagian luar menuju bagian dalam tubuh. Cairan tubuh yang pertama kali membeku adalah air bebas, kemudian disusul dengan air tak bebas. Air tak bebas sukar sekali membeku karena titik bekunya sangat rendah. (Afrianto dkk, 2011)2.6.
Pengaruh Pembekuan terhadap Bakteri Menurut Afrianto dkk (2011), proses  pembekuan dapat menghambat atau menyebabkan kematian sebagian besar bakteri, karena :
1.     Proses pembekuan mengubah cairan tubuh ikan menjadi kristal-kristal es sehingga kehidupan bakteri akan terganggu dan mengalami kesulitan dalam menyerap makanannya.
2.     Selain cairan tubuh ikan, cairan yang terdapat didalam sel bakteri juga membeku. Akibat pembekuan ini, volume  cairan sel bakteri menjadi besar dan akan memecahkan dinding sel bakteri, sehingga mematikan bakteri.Proses pembekuan juga akan menghambat aktivitas penyebab proses pembusukan lainnya, seperti mikroorganisme, enzim-enzim, maupun oksidasi lemak oleh oksigen.2.7.
Faktor yang Mempengaruhi Kecepatan Pembekuan Menurut Afrianto dkk (2011), ada 4 faktor penting yang mempengaruhi kecepatan proses pembekuan pada ikan, yaitu :
1.     Cara perambatan panas.Setiap teknik pembekuan, mempunyai cara perambatan panas yang khas sehingga akan mempengaruhi kecepatan pembekuan.
2.     Perbedaan suhu awal tubuh ikan dan suhu yang diinginkan. Karena proses pembekuan merupakan peristiwa pemindahan panas , perbedaan antara suhu tubuh ikan semula dengan suhu yang diinginkan dapat mempengaruhi kecepatan pembekuan. Semakin besar perbedaan suhu, semakin banyak waktu yang diperlukandalam proses pembekuan.
3.     Ukuran ikan.Ukuran tubuh ikan dapat mempengaruhi kecepatan pembekuan. Semakin tebal jaringan tubuh ikan, semakin banyak waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik beku.
4.     Wadah yang digunakan.Kecepatan pembekuan ikan juga dapat dipengaruhi oleh wadah yang digunakan. Wadah yang terbuat dari bahan yang bersifat kurang baik dalam menghantarkan panas sangat menolong proses pembekuan. Wadah semacam ini mampu menghalangi terjadinya kontak dengan udara diluar sehingga suhu didalam wadahmenjadi lebih cepat menurun dan ikan lebih cepat membeku.2.8.



E. DISTRIBUSI
Distribusi hasil perikanan adalah rangkaian kegiatan penyaluran hasil perikanan dari suatu tempat ke tempat lain sejak produksi, pengolahan sampai pemasaran. Hal yang paling prinsip dalam proses distribusi hasil perikanan adalah mempertahankan kondisi alat/wadah/sarana yang digunakan dalam proses distribusi agar produk yang didistribusikan sampai ke tempat tujuan dengan tetap mempertahankan mutu/kualitasnya. Oleh karena itu, distributor/penyalur hasil perikanan harus memahami persyaratan yang harus dipenuhi dalam proses distribusihasil perikanan.
Berikut ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan dalam distribusi yang baik, diantaranya:
1. Distribusi hasil perikanan yang menggunakan sarana transportasi:
 a. Harus bersih dan mampu menghindari kontaminasi;
b. Didesain  sedemikian  rupa  sehingga  tidak  merusak  produk,  di  mana permukaannya harus rata,                 mudah dibersihkan, dan disanitasi;
c. Apabila menggunakan  es sebagai pendingin, harus dilengkapi saluran pembuangan untuk menjamin lelehan es tidak menggenangi produk;
d. Dilengkapi  peralatan  untuk  menjaga  suhu  tetap  terjaga  selama pengangkutan; dan mampu melindungi produk dari resiko penurunan mutu.
2. Sarana berupa kendaraan pengangkut tidak digunakan untuk tujuan lain secara bersamaan untuk menghindari  terjadinya kontaminasi terhadap produk hasil perikanan
3. Apabila kendaraan pengangkut digunakan  untuk mengangkut produk lain secara  bersamaan,  harus  dipisahkan  dan  dijamin kebersihannya  agar tidak mengkontaminasi produk hasil perikanan
4.Pengangkutan  hasil  perikanan  tidak  boleh  dicampur  dengan  produk  lain yang dapat  mengakibatkan  kontaminasi  atau  mempengaruhi  higiene, kecuali  produk  tersebut  dikemas  sedemikian  rupa,  sehingga  mampu melindungi produk tersebut
5.Pengangkutan  hasil  perikanan  dalam  keadaan  hidup  harus  mampu mempertahankan  hasil  perikanan  tersebuttetap  terjaga  kondisi  dan mutunya. Teknik/cara distribusi produk hasil perikanan sangat dipengaruhi oleh beberapa hal diantaranya; jenis produk, jenis alat angkut, dan kondisi penyimpanan.

Pada dasarnya distribusi produk hasil perikanan dapat dilakukan dengan model penerapan system rantai dingin. Dalam system ini suhu cumi diupayakan selalu tetap rendah agar terjaga kesegarannya, yakni dengan mengoptimalkan penggunaan es dalam penyimpanannya.Sistem rantai dingin yang diterapkan dalam distribusi dan transportasi cumi dipersyaratkan bahwa semua kendaraan yang digunakan untuk pengangkutan cumi harus mampu mempertahankan suhu dingin yang dibutuhkan. Akan lebih baik dengan menggunakan pintu dalam yang dapat menutup sendiri dengan fleksibel untuk mengurangi kehilangan udara dingin waktu pintu kendaraan pengangkut dibuka.
Pada pengangkutan jarak jauh sebaiknya suhu dipertahankan dan selalu dijaga pada -18oC atau lebih rendah dan ini bisa dicapai dengan pendinginan mekanis, pemakaian es kering,sirkulasi gas cair yang dingin. Untuk refrigerasi dan ketelitian dalam pemuatan, operasi dan pemeliharaannya, sewaktu-waktu harus diperiksa dengan mengukur suhu produk pada awal dan akhir perjalanan.Pengangkutan harus dilakukan dengan hati-hati agar produk perikanan tidak terkena suhu tinggi selama pemuatan dan pembongkaran kendaraan pengangkut. Model pengembangan system rantai dingin yang ditujukan bagi proses distribusi adalah dengan penyediaan sarana sebagai berikut:
1.Truk ber-refrigerasi (refrigerated truck)
Truk berefrigerasi merupakan alternative alat transportasi produk perikanan yang baik diterapkan untuk transport jarak jauh dan yang memakan waktu cukup lama.
2.Truk berinsulasi (insulated truck)
Kebutuhan refrigerasi untuk mengangkut cumi dapat ditekan sekecil mungkin dengan cara menginsulasi seluruh bagian sarana angkut sebaik mungkin, yakni atap, dinding, dan lantai. Hal ini dilakukan agar suhu cumi tidak cepat meningkat selama proses distribusi dan agar kapasitas cumi yang diangkut agar lebih besar. Penyusunan peti wadah cumi  dalam truk berinsulasi disusun rapat sesamanya agar panas tidak menyelinap diantara peti, serta diberi lapisan alas es di bawah tumpukan peti danlapisan es lagi di atas tumpukan.
3.Cool box
Dalam proses distribusi,cool box terutama digunakan sebagai wadah penyimpanan produk hasil perikanan. Untuk keperluan penyimpanan, distribusi dan penjajaannya dilakukan dalam wadah cool box.
4.Sarana sanitasi dan hygiene
Dalam proses distribusi, sarana sanitasi dan hygiene diperukan untuk menjaga kondisi sarana angkutan yang digunakan untuk mengangkut produk-produk perikanan agar tetap bersih, sehingga cumi selama proses distribusi tetap terjaga.

Berbicara distribusi hasil perikanan di tingkat supplier/pedagang pengumpul dan pedagang pengecer, maka kita tidak hanya berbicara mengenai sarana distribusi seperti sarana transportasi saja namun juga berbicara mengenai sarana distribusi lainnya, salah satunya adalah pelabuhan perikanan.
Dalam Undang-Undang No 31 Tahun 2004 tentang Perikanan dinyatakan bahwa pelabuhan perikanan sebagai suatu  lingkungan kerja salah satunya berfungsi sebagai  pusat pemasaran dan distribui hasil perikanan. Sedangkan dalam pasal 15 ayat (3) huruf a Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No 10 Tahun 2004 menyatakan bahwa pelabuhan perikanan memiliki fasilitas funfsional salah satunya adalah fasilitas pemasaran hasil perikanan seperti tempat pelelangan ikan (TPI) dan pasar ikan.Tempat pemasaran/distribusi hasil perikanan seperti TPI dan Pasar Ikan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Terlindung dan mempunyai dinding yang mudah untuk dibersihkan;
b. Mempunyai lantai yang kedap air yang mudah dibersihkan dan disanitasi, dilengkapi dengan saluran pembuangan air dan mempunyai sistem pembuangan limbah cair yang higiene;
c. Dilengkapi dengan fasilitas sanitasi seperti tempat cuci tangan dan toilet dalam jumlah yang mencukupi. Tempat cuci tangan harus dilengkapi dengan bahan pencuci tangan dan pengering sekali pakai;
d. Mempunyai penerangan yang cukup untuk memudahkan dalam pengawasan hasil perikanan;
e. Kendaraan yang mengeluarkan asap dan binatang yang dapat mempengaruhi mutu hasil perikanan tidak diperbolehkan berada dalam tempat Pemasaran/pasar grosir;
f. Dibersihkan secara teratur minimal setiap selesai penjualan;
g. Dilengkapi dengan tanda peringatan dilarang merokok, meludah, makan dan minum, dan diletakkan di tempat yang mudah dilihat dengan jelas;
h. Mempunyai fasilitas pasokan air bersih dan atau air laut bersih yang cukup;
i. Mempunyai wadah penampungan produk yang bersih, tahan karat, kedap air dan mudah dibersihkan
j. Mempunyai penampungan pengolahan limbah.selain persyaratan tersebut, tempat pemasaran hasil perikanan juga harus memenuhi persyaratan hygiene dan penerapan system rantai dingin.



BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Cumi-cumi merupakan salah satu produk laut yang banyak terdapat di  perairan laut Indonesia.
2. Cumi bersifat mudah rusak dan cepat mengalami penurunan mutu, maka dari itu cumi harus ditangani dengan baik dan tepat agar mutu dan kesegaran dari cumi tetap terjaga.
3.
B. SARAN
Cumi harus dijaga agar tetap segar dalam suatu proses pembekuan



0 Response to "TEKNOLOGI REFRIGERASI PENGOLAHAN PRODUK CUMI BEKU "

Post a Comment

Analisa Kadar Air dan Kadar Abu Kerang "buah" Donax sp

BAB I PENDAHULUAN 1.1.        Latar Belakang Kerang merupakan hewan aquatik yang hidup pada substrat dasar perairan dan ada j...

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel